MAKASSAR–Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla telah terang-terangan mendukung Anies Baswedan sebagai capres. Dukungan JK berpotensi membuat Anies menang di Sulsel.
JK merupakan tokoh kharismatik Sulsel dan nasional. Sosok yang pernah menjadi wapres dua kali, jelas masih memiliki pengaruh besar.
“Sehingga apa yang menjadi dukungan JK akan diikuti banyak tokoh dan rakyat di Sulsel. Bahkan di luar Jawa,” kata Prof Armin Arsyad, analis politik Unhas. Minggu, 21 Mei.
Apalagi, jika pilihan JK terhadap Anies dianggap masyarakat lebih bagus dari calon-calon lain.
“Karena pasti yang lain juga menganalisis apa kekurangan dan kelebihan masing-masing calon. Kalau ternyata pilihan JK lebih unggul maka pasti mengikuti pilihan itu,” katanya.
Sebenarnya yang sangat menentukan kemenangan calon itu adalah analisis aktor. Jika aktornya memang terbukti hebat, maka itu seperti magnet yang sangat kuat untuk menarik siapa saja yang berdekatan dengannya. Orang itu punya kelebihan, keunggulan, dan daya tarik.
“Karena seorang aktor yang hebat itu, daya tariknya tinggi. Sehingga ia memiliki pengaruh besar. Memengaruhi pemilih, baik secara langsung maupun tidak langsung,” jelas Armin.
Menurut teori kelompok, bagaimana pun liberalnya sesorang pada akhirnya ia akan tunduk pada keputusan kelompok.
“Jadi kelompok masyarakat ini tentu diskusi habis-habisan juga. Setelah dia diskusi, maka ada keputusan kelompok menyatakan bahwa ini saja yang terbaik. Sehingga pilihannya jatuh pada pilihan terbaik,” pungkasnya.
Itulah sebabnya mengapa kalau ada pasangan calon sudah terbentuk mainstream, maka otomatis yang ragu-ragu itu ikut pada yang memperoleh mainstream itu. Jadi opini publik penting karena kalau sudah terbentuk, maka sepertiga pemilih yang ragu akan ikut pada opini publik itu.
“Jadi pilihan JK itu kecenderungan pilihan yang akan diikuti pemilih. Apalagi jika JK memang menganalisis berdasarkan hati nurani dan kapasitas Anies Baswedan sebagai pasangan calon,” terang Armin.
Analis politik Unhas lainnya Adi Suryadi Culla juga mengatakan dukungan JK pasti ikut berpengaruh terhadap pemilih di Sulsel. “Tetapi tidak otomatis berbanding lurus dengan elektabilitas karena dimensi aksesibilitas itu luas jangkauannya,” katanya.
Latar belakang JK yang mantan wapres dan juga memiliki jaringan organisasi yang sangat luas, seperti Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan PMI, jelas masih berpengaruh.
“Tapi Pak JK harus konsiten juga. Sebab Pak JK juga memainkan gestur politik. Pak JK punya pengalaman politik yang panjang dan bahkan punya kedekatan dengan pihak Ganjar dan hubungan panjang dengan Jokowi,” ujarnya.
“Tapi pengaruh JK jelas masih berpengaruh khusnya pemlih tradisonal di Sulsel,” sambung Adi.
Pengajar dan Peneliti Departemen Ilmu Politik FISIP Unhas A Ali Armunanto berpendapat lain. Menurutnya, dukungan JK ini belum tentu bisa memenangkan Anies di Sulsel.
“Belum tentu, pilihan partai berbeda dengan pilihan pilpres. Dalam pemilu legislatif, pemilih dihadapkan pada banyak pilihan nama tokoh dan terkadang mereka hanya tahu tokoh dan nomor urutnya tanpa tahu partainya,” katanya.
Kalaupun di-endorse JK, caleg PKS harus lebih menyosialisasikan partai asal mereka dan membuat asosiasi yg dibutuhkan dengan image JK.
Terkait Aniesi, mungkin ada pengaruh signifikan, tetapi juga harus berasumsi bahwa Prabowo adalah pemenang Pilpres 2019 di Sulsel. Prabowo juga masih memiliki infrastruktur yang kuat.
Demikian pula kelompok relawan seperti Projo yang juga masih kuat di Sulsel. “Jadi saya rasa semua tergantung bagaimana strategi marketing politik mereka nantinya,” kata Ali. (mum/zuk/fajar)